Followers

09 July 2016

Tagged under: , , ,

Kaleidoskop 2015: Part II


Akhirnya, aku kembali lagi di Life Architecture dengan nama domain baru yaitu emrasy.id setelah selama enam bulan tidak menulis di blog ini. Pasca wisuda Februari 2016, aku disibukkan untuk terjun ke dunia baru pasca kampus. Itulah mengapa, blog ini terbengkalai, dan pada semester dua tahun 2016, aku berniat mengisi kembali blog ini dengan tulisan Life Architecture dan tulisan memukau lainnya.

Tulisan ini merupakan lanjutan dari Kaleidoskop 2015: Part I, kisah perjalanan serta highlight hidupku sepanjang 2015 bagian pertama. Kali ini, aku akan melanjutkan kepingan-kepingan tahun 2015 pada bagian kedua di sini. Enjoy the journey!

PART II 
  1. Olimpiade Nasional Statistika di Jogja
  2. National Statistics Competition di Malang
  3. Prom Night
Olimpiade Nasional Statistika di UGM Yogyakarta
(5 Mei 2015 - 10 Mei 2015)
Indonesia bagian timur yang paling ujung kukunjungi sebelumnya adalah Sumedang. Kali ini, aku diberikan kesempatan untuk memperluas wilayah kunjunganku ke bagian timur. 6 Mei 2015, aku berhasil memperbaharui wilayah kunjunganku di bagian timur yaitu di Yogyakarta. Aku diajak oleh temanku, Herry, untuk menjadi kolega satu tim dalam mengikuti Olimpiade Nasional Statistika yang diadakan di UGM. Satu tim terdiri dari dua orang dan tim yang berasal dari Statistika Unpad ada sebanyak empat tim dengan rincian empat cewek yaitu: Anput, Ami, Lindri, Oci dan empat cowok yaitu: Aku, Fajri, Herry dan Zaenal. Dalam perjalanannya menuju Jogja, Zaenal melakukan perjalanan solo menggunakan sepeda motornya. Sedangkan kami bertujuh menggunakan bus Bandung Express sebagai pemindah menuju Jogja.

Kami berangkat dari Jatinangor pada hari Selasa, 5 Mei 2015. Aku sangat menyukai sensasi menaiki bus malam, karena seolah-olah dibawa terbang ketika kondisi tubuh ini setengah sadar. Namun, di awal perjalanan, bus yang berjalan berbelok-belok membuat kepalaku pusing dan aku pun kesulitan untuk tidur. Berbeda rasanya ketika menggunakan bus melewati jalan Lampung - Palembang yang minim belokan. Barulah, di pertengahan malam ke atas, pasca melewati bukit berbelok-belok, aku bisa tidur tenang meskipun on-off-on-off.

Kami pun sampai di TKP subuh-subuh pada hari Rabu, 6 Mei 2015 di terminal bus bagian utara Jogja yang agak dekat dengan Sleman. Panitia menjemput kami di sana dan langsung mengantar kami ke tempat penginapan milik gubernur Sumatra Utara. Pada pagi harinya, kami langsung berburu makanan di sekitar penginapan. H-1 sebelum ujian dimulai kami habiskan untuk berdiam diri di tempat penginapan sembari belajar mengenai materi-materi yang akan diujikan besok. Aku sudah mencanangkan strategi dengan kolega kompetisiku, Herry. Karena soal yang diujikan adalah pilihan ganda dengan sistem penilaian jika benar mendapat poin +4, salah -2, tidak mengisi 0, aku pun tidak ingin melakukan perjudian dan mengingatkan kepada temanku agar hanya menjawab pertanyaan yang benar-benar yakin saja. Yang benar saja, jika salah -2, padahal pada ujian SBMPTN atau sejenisnya, jika salah -1.

Hari H pertandingan pun dimulai yaitu hari Kamis, 7 Mei 2015. Meskipun bertim, kami mengerjakan soal secara masing-masing dengan soal yang sama, kemudian nilai kami akan dijumlahkan sebagai nilai total tim secara keseluruhan. Artinya, kedua kubu harus memberikan nilai terbaik. Hal tersebut justru menjadi motivasiku, teman satu timku kuanggap rival sendiri sehingga aku mengincar poin tertinggi namun tetap berasaskan hanya menjawab pertanyaan yang benar-benar yakin saja. Hanya 10 tim yang akan maju ke babak berikutnya, dari keseluruhan sekitar 31 tim. Lowongan untuk masuk ke 10 tim terbaik cukup besar yaitu sekitar sepertiga yang akan melaju ke babak berikutnya, apalagi kami membawa empat tim.

Sayangnya, tiada satu tim dari kami yang lolos ke babak berikutnya. Kenyataan yang sangat memahitkan adalah timku hanya membutuhkan empat poin untuk melaju ke babak berikutnya yang setara dengan tidak mengisi dua jawaban yang salah ataupun mendapatkan satu pertanyaan yang benar atau jika lebih baik lagi mendapatkan jawaban yang benar dari jawaban yang salah. Kami berada di peringkat 12 dengan 114 poin bersama dengan peringkat 11 yang juga memiliki poin yang sama. Sedangkan peringkat 10 sampai dengan peringkat 8 mendapatkan poin yang sama 118 poin.

Ami said: "Piala di sebelah minta dipeluk"
Kalimat andai-andai selalu terucap dalam diriku. Aku tidak ingin menyalahkan siapa pun karena pada dasarnya aku pun bisa disalahkan karena tidak bisa meraih empat poin krusial tersebut. Selain itu, nilai kami berdua bisa dikatakan tidak jauh berbeda. Jika menggunakan sistem peringkat persentil secara parsial, kemudian nilai tersebu dirata-ratakan, kami bisa masuk ke sepuluh besar karena terdapat tim dengan nilai total 118 poin namun secara parsial tidak seimbang yaitu 102 dan 16 poin. Dari 28 soal yang kujawab, hanya 20 soal yang benar, dan 8 lainnya salah, padahal aku sudah bermain "aman" hanya menjawab soal yang benar-benar pasti, kenyataanya banyaknya soal yang kujawab salah pun tidak seperti yang kubayangkan. Kesedihan tentu saja menimpa kami, dan aku menyimpulkan dari sana bahwasannya kata "hampir" memang benar-benar menyakitkan. Kalah tetaplah kalah mau hampir atau tidak, "eleh ya tetap eleh" ujar salah satu temanku di luar kami berdelapan.

Untuk melupakan kekalahan tersebut, kami pun mengagendakan untuk pergi jalan-jalan sejenak di daerah Jogja dan sekitarnya. Pada malam harinya, bersama panitia, kami pergi ke Alun-Alun Kidul dan hanya melewati ramainya Malioboro. Sebelumnya, kami mengunjungi daerah Nol Kilometer Yogyakarta.

Esok harinya, Jumat, 8 Mei 2015, pasca sholat Jumat, kami akan mengunjungi Candi Prambanan di daerah timur Jogja dengan menggunakan Trans Jogja sebagai alat pemindah. Pada hari itu pun, kami pindah dari tempat penginapan yang disediakan panitia ke wisma dekat daerah RSUP Sarjito di Jalan Kesehatan. Pada malam harinya, kami memiliki agenda masing-masing, yang perempuan berkunjung ke Malioboro untuk membeli oleh-oleh dan yang laki-laki pergi menemui teman lamanya masing-masing yang berada di Jogja. Zaenal memiliki agenda yang jauh berbeda dari kami karena dia membawa motor sendiri sehingga fleksibel dan juga dari awal tidak menginap di wisma. Aku pun menyempatkan diri untuk menemui teman satu SMA yang sudah kukenal sejak zaman SD.

Welcome to Candi Prambanan
Jumat, 8 Mei 2015, daerah paling timur Indonesia yang kukunjungi adalah Candi Prambanan
Meratapi kekalahan...
Kami hanya menginap semalam saja di sana dan keesokan harinya, Sabtu, 9 Mei 2015, kami berkunjung ke daerah timur selatan Jogja yaitu berkunjung ke pantai yang bernama Sundak dan Indrayanti dengan menyewa mobil beserta pengendaranya. Dengan begitu, daerah pantai Indrayanti merupakan bagian paling selatan Indonesia yang pernah kukunjungi. Sekaligus menjadi bagian paling barat Indonesia yang pernah kukunjungi pada saat itu. Pantai di Jogja juga merupakan daerah pantai yang ketiga kalinya aku kunjungi di Indonesia setelah pantai utara Jakarta dan pantai di Bangka. Meskipun sudah ketiga kalinya mengunjungi pantai di provinsi yang berbeda, aku belum pernah melihat indahnya matahari terbit maupun terbenam di pantai. Maybe, next time I can see that beauty.

Sabtu, 9 Mei 2015, daerah paling selatan yang kukunjungi adalah pantai-pantai di Jogja
Setelah menikmati pantai, sore harinya kami harus sudah di stasiun Jogja karena kereta yang membawa kami pulang dijadwalkan berangkat pada petang hari. Kami pun sampai di stasiun Kiaracondong, Bandung subuh-subuh keesokan harinya. Empat hari di Jogja cukup membuka mataku untuk terus berjuang lebih baik lagi.

National Statistics Competition di Unibraw Malang
(28 Mei 2015 - 2 Juni 2015)
Aku berkesempatan kembali untuk memperluas wilayah kunjunganku di Indonesia. Kali ini, tempat yang akan kukunjungi adalah Malang, dalam rangka mengikuti lomba NSC di Unibraw. Awalnya, hanya satu tim saja yang akan diberikan bantuan finansial dari jurusan, namun, secara mengejutkan, semua tim termasuk kami, mendapatkan bantuan tersebut. Dari statistika Unpad, ada enam tim yang ikut dengan satu tim terdiri dari dua peserta.

Kami berenam berangkat dari Jatinangor pada sore hari, Kamis, 28 Mei 2015 menggunakan kereta dengan estimasi lama perjalanan sekitar 17 jam. Sekitar jam 9 - 10 pagi, Jumat, 29 Mei 2015, aku pun menghirup udara di kota paling timur yang kukunjungi saat itu yaitu Malang. Kami yang terdiri dari 6 tim atau 12 orang dengan rincian tiga laki-laki dan sembilan perempuan memiliki tempat dan daerah penginapan yang berbeda. Trio laki-laki termasuk diriku menginap di tempat penginapan di luar peserta lainnya yang juga mengikuti kompetisi ini. Sesampainya di tempat penginapan, kami bergegas untuk menyiapkan diri untuk melaksanakan sholat Jumat dan makan siang di daerah dekat sana.

Pada sore harinya, trio laki-laki bergegas menuju tempat penginapan di mana para peserta berada untuk menikmati nikmatnya sore hari di Malang bersama dengan sembilan rekan kami yang lainnya. Bisa dibilang bahwasannya, kami mencari angin segar sebelum terjun ke arena pertarungan kesokan harinya, Sabtu, 30 Mei 2015. Dari 50 tim yang ikut, hanya 5 tim terbaik yang terpilih menjadi pemenang, atau sekitar 10% dari tim terbaik, dan merupakan pertarungan yang cukup ketat.

Setelah kompetisi berlangsung, sore harinya, kami menikmati hidangan bakso bakar di suatu tempat (entah namanya apa). Sarapan pagi dan siang memang sudah disediakan oleh panitia, jadi kami tidak perlu repot-repot untuk mencari tempat makan pada saat itu. Pengumuman pun dilakukan esok hari (Minggu, 31 Mei 2015) dan aku pun sudah pesimis terhadap performa timku dalam menjawab kasus dalam kompetisi tersebut meskipun hasil analisis yang telah kami lakukan sudah sesuai. Itulah mengapa, aku pun menginap pada malam harinya di apartemen teman masa SMA. Aku pun mencicipi Mi Setan untuk pertama kalinya, it's obviously delicious!


The most delicious food in Malang!
Hari pengumuman tiba, dan aku bergegas dari apartemen teman ke TKP pengumuman. Ada lima tim yang lolos dan sayangnya, tidak ada satu pun tim dari kami yang lolos. Aku gagal untuk membayar kegagalanku saat mengikuti ONS di Jogja sebelumnya. Aku pun merasa memiliki hutang terhadap jurusan statistika bahwasannya tiada satu pun hal yang berarti yang telah kuberikan. Kegagalan yang menghampiriku menunjukkan bahwasannya, aku harus lebih matang dan tenang lagi untuk menghadapi kompetisi-kompetisi berikutnya yang lebih sulit lagi.


Duh! pusing kepala barbie, kalah mulu

Keesokan harinya, Senin, 1 Juni 2015, kami pun kembali pulang ke tanah tempat kami menuntut ilmu tanpa membawa piala apapun. Sebelum itu, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi Batu sebelum akhirnya pulang pada sore harinya menggunakan kereta. Tempat spesifik yang kami kunjungi saat itu adalah Coban Rondo, wisata air terjun dan alam yang ada di sana. Batu, seperti halnya Jatinangor, memiliki ciri khas yang sama yaitu sama-sama sejuk dan dingin. 

Welcome to Coban Rondo
Cheers!
Melewati perjalanan kurang lebih 17 jam, aku yakin bahwasannya ada sesuatu yang aku dapatkan selama perjalanan dan berada di daerah Jawa paling timur yang pernah kukunjungi sejauh ini. Kegagalan merupakan pintu yang harus kulewati sebelum bertemu dengan kesuksesan.


Prom Night
(6 Juni 2015)
Prom Night dapat dikatakan sebagai ajang perpisahan Statistika Unpad 2012 sekaligus seremoni dalam menyambut gerbang pintu selanjutnya sebelum lulus, yaitu magang, seminar dan skripsi. Mengikuti tren angkatan sebelumnya, jurusan Statistika Unpad memang lebih cenderung mencetak sarjanawan yang lulus dengan cepat yaitu dengan durasi 3,5 tahun. Oleh karena itu, ajang seperti ini dilakukan lebih cepat sebelum memasuki arena sesungguhnya: skripsi.

Welcome to Prom Night of statunpad12
Acara ini pun berlangsung pada malam hari dan penuh dengan rasa kekeluargan dan keceriaan. Mengusung ala prom, teman-temanku berdandan secara rapi dan memukau! Aku pun hanya berpakaian dengan meminjam kemeja temanku. Keesokan harinya, meskipun mengantuk, kami tetap antusias dalam menjalankan acara berikutnya serta menyelesaikan acara, dengan bersama-sama merasakan dinginya kolam pada pagi hari di sana (Cileunyi).

Sampai jumpa lima tahun mendatang pada tahun 2020!
Lima tahun mendatang dari tahun 2015, yaitu tahun 2020, rencananya kami akan mengadakan reuni akbar. Masa depan memang tidak dapat diprediksi secara absolut dan penuh dengan kejutan yang tidak diduga-duga. Hal tersebut membuatku bertanya-tanya dan penasaran mengenai apa yang aku dan teman-temanku akan capai pada tahun 2020 nanti. Tentu saja, aku berharap dapat menggapai tujuanku dalam lima tahun ini berdasarkan rencana yang tertulis pada halaman Goal
آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن
I believe that my future will be amazing! The best way for the best future, ever, ever, ever!


To be continued...