Followers

07 July 2015

Tagged under:

The Seventh and the Previous Season


Sudah 6 semester saya menuntut ilmu di sini, namun hasil keluaran alias IPK-yang katanya sebagai tolok ukur kemampuan akademik-tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan. IPK yang saya dapatkan sampai saat ini biasa-biasa saja, mungkin berada di sekitar rata-rata IPK mahasiswa statunpad12 secara keseluruhan. Saya tidak pernah bisa mendapatkan IP cumlaude semenjak semester 1, semester yang saya jalani apa adanya.

Untuk menggapai nilai di sini sangatlah sensitif. Nilai yang didapatkan bisa jadi sangat tinggi, bisa jadi sangat rendah. Hal ini dikarenakan kategori yang digunakan hanya lima kategori yaitu A, B, C, D dan E. Kebanyakan nilai saya berkutat pada nilai dengan urutan kedua. Bahkan ada beberapa nilai yang “nyaris”, sangat tipis untuk mendapatkan nilai yang kategorinya lebih tinggi.

Ekspektasi dari kemampuan akademik tidaklah sama dengan IPK. Hal itu bias menurut pandangan pribadi saya. Menurut pengalaman saya, ada faktor-faktor lain yang memengaruhi seperti dosen pengajar, posisi tempat duduk, kemampuan komunikasi saat ujian, strategi di luar lapangan, dan lain-lain. Hal ini tentu saja membuat IPK menjadi tolok ukur yang bias terhadap kemampuan akademik yang sesungguhnya. 

Sejauh ini mata kuliah sejuta umat (bersama, satu angkatan, satu dosen) yang saya tempuh baik-baik  saja. Kecuali untuk mata kuliah sampling yang memang kebanyakan dari kami mendapatkan nilai yang mengerikan. Selain itu, mata kuliah seperti Kewarganegaraan, Bahasa (Inggris & Indonesia), Analisis Data Eksplorasi dan Analisis Data Deret mendapatkan nilai yang sempurna.  

Di sisi lain untuk mata kuliah mayor lainnya dengan kelas terpisah (paralel), dapat dikatakan bahwa saya kurang beruntung mendapatkan dosen yang mengajar. Meskipun saya tidak tahu nilai mata kuliah teman saya secara keseluruhan, dosen yang mengajar mata kuliah mayor saya kebanyakan merupakan dosen yang memberikan nilai yang lebih kecil dibandingkan dosen di kelas paralel yang lain.  Bahkan ada dosen yang tidak memberikan nilai A untuk satu kelas tersebut (Teos I dan Multi I).

Selama enam semester di sini, saya dapat menyimpulkan:
  1. Saya kurang taktis dalam pencapain nilai yang setinggi-tingginya. Sebagai contohnya, pemilihan mata kuliah minor yang saya ambil sebelum-sebelumnya adalah blunder. Baru semester ini saya mampu mendapatkan IP sempurna untuk mata kuliah minor
  2. Dosen perempuan memberikan nilai jauh lebih tinggi dibanding dosen laki2, jika dihitung secara parsial IPK|Dosen Perempuan dan IPK|Dosen Laki2 perbedaannya cukup jauh yaitu sebesar 0,48 meskipun hal itu kurang sah dibandingkan karena terdapat 12 dosen perempuan dan 27 dosen laki2
  3. Semester genap adalah semester yang menakutkan. Tiada satu pun mayor yang mendapatkan nilai sempurna. Bahkan sudah dua kali mata kuliah yang coba saya putihkan (diulang) namun tetap saja tidak mendapatkan nilai sempurna. Tinggal satu lagi nilai mayor yang akan keluar, akankah saya dapat membuka keran di semester genap ini?
  4. Dapat dikatakan saya kurang mendapatkan dosen mata kuliah mayor yang beruntung semenjak awal semester
  5. Mata kuliah dengan jawaban di kertas sangat riskan mendapatkan nilai lebih kecil dibandingkan matkul dengan jawaban softcopy. Hal ini dikarenakan tulisan saya yang sering acak-acakan ketika menulis jawaban di kertas ujian

Sudah tidak mungkin lagi bagi saya untuk mendapatkan IPK cumlaude kecuali jika saya akan lulus lebih lama lagi. Target saya untuk semester 7 ini tidak terlalu muluk-muluk yaitu dapat lulus 3,5 tahun dengan IPK di atas ambang bawah yang saya tetapkan (minimal IPK yang didapatkan merupakan bilangan irasional Pi)

Untuk selanjutnya, saya harap ilmu yang saya dapat di sini mampu memberikan manfaat kepada masyarakat dan menjadi ilmu yang tiada putus-putusnya. IPK bukanlah cermin sesungguhnya. Masih banyak cermin lain yang menunjukkan kualitas kita. Saya pun harus terus menerus belajar dan meningkatkan kemampuan lain di dunia ini.

Semangat semester 7!